Nama : Muhammad Risyad Rahaf Faldi
NIM : 150341606759
Offr : B
A.
Pengertian Humanistik
Humanisme lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanisme biasanya memfokuskan pengajarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini. Kemampuan positif disini erat kaitannya
dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi
adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran
humanisme. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi
dan dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori
humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Psikologi humanisme memberi
perhatian atas guru sebagai fasilitator (Alwilsol, 2004).
B.
Tokoh-Tokoh Teori Humanistik
1. Arthur Combs (1912-1999)
Menurut Combs, perilaku yang keliru
atau tidak baik terjadi karena tidak adanya kesediaan seseorang melakukan apa
yang seharusnya dilakukan sebagai akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang
lebih menarik atau memuaskan. Misalkan guru mengeluh murid-muridnya tidak
berminat belajar, sebenarnya hal itu karena murid-murid itu tidak berminat
melakukan apa yang dikehendaki oleh guru. Kalau saja guru tersebut lalu
mengadakan aktivitas-aktivitas yang lain, barangkali murid-murid akan berubah
sikap dan reaksinya (Freist, 1998).
2. Abraham Maslow
Teori
Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
a. Suatu usaha yang positif untuk
berkembang
b. Kekuatan untuk melawan atau menolak
perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada
diri masing-masing orang
mempunyai berbagai perasaan takut
seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi
di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah
keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima
diri sendiri(self) (Freist, 1998).
3. Carl Ransom Rogers
Meskipun teori yang dikemukan Rogers
adalah salah satu dari teori holistik, namun keunikan teori adalah sifat
humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers pun menpunyai
berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered),
teori yang berpusat pada murid (student-centered),
teori yang berpusat pada kelompok (group
centered), dan person to person) (Freist,
1998).
4. Aldous
Huxley
Huxley (Roberts, 1975) menekankan
adanya pendidikan non-verbal yang juga harus diajarkan kepada siswa. Pendidikan
non verbal bukan berwujud pelajaran senam, sepak bola, bernyanyi ataupun menari,
melainkan hal-hal yang bersifat diluar materi pembelajaran, dengan tujuan menumbuhkan
kesadaran seseorang(Freist, 1998).
5.
David Mills dan Stanley Scher
Ilmu Pengetahuan Alam selama
bertahun-tahun hanya dibahas dan dipelajari secara kognitif semata, yakni sebagai
akumulasi dari fakta-fakta dan teori-teori. Padahal, bagaimanapun, praktek dari
ilmu pengetahuan selalu melibatkan elemen-elemen afektif yang meliputi adanya
kebutuhan akan pengetahuan, penggunaan intuisi dan imajinasi dalam usaha-usaha
kreatif, pengalaman yang menantang, frustasi, dan lain-lain. Berdasarkan
fenomena tersebut, David Mills dan Stanley Scher (Roberts, 1975) mengajukan
konsep pendidikan terpadu, yakni proses pendidikan yang mengikutsertakan afeksi
atau perasaan murid dalam belajar (Freist, 1998).
C.
Aplikasi Teori Humanistik Terhadap
Pembelajaran Siswa
Belajar adalah menekankan pentingnya
isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan
manusia atau mencapai aktualisasi diri. Aplikasi teori humanistik lebih
menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah
menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami
potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negative (Alwilsol, 2004).
Tujuan pembelajaran lebih kepada
proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui
adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa
melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan
kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir
kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5. Siswa di dorong untuk bebas
mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang
diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya,
berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi
mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses
belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk
maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual
berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori
humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang
bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola
pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi
manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku (Alwilsol, 2004).
Daftar
Pustaka
Alwilsol
(2004), Psikologi Kepribadian, UMM
Press
Freist, J (1998), Theories of Personality, Amerika : Mc
Graw Hill.
Komentar
Posting Komentar